BaKaToMeK. Com
Belajar rasa, mencecar bisa, merawat asa
Minggu, 04 September 2016
Izinkan aku sujud dalam dekapan istiharohmu 2
Kau tahu .....
Tatkala kelam melingkupi erat pekat malam
Aku seakan disergap penuh kekosongan
Begitu dan selalu begitu dalam dua bulan terakhir ini
Kau tahu .....
Imajinasiku liar namun berakar
Aku ibarat seorang penakluk garis finish yang tengah berada dalam kepingsanan
dan aku butuh resusitasi udara
Yahhh!... ini emang lebih terdengar seperti intrik yang menggelitik
atau dalam bahasa sederhanamu "lebay, gombal, atau apalah itu".
Kau tahu .....
Akupun tak ingin kata-kata yang terangkai ini sebuah puisi
Karena asal kau tahu aku bukanlah seorang penyair
Tapi tak tahu kenapa
Malam ini hati begitu bergelora menuntun jemariku untuk menguraikan
apa yang ia bisikkkan di pikiranku
Satu kata terindah dan terakhir yang kudengar darinya,
adalah "izinkan aku sujud dalam dekapan istaharohmu"
Muara Tebo, 06 Agustus 2016
Sabtu, 03 September 2016
Sebelum Kepalang Brengsek
Sebelum kepalang brengsek
Aku ingin berbicang sejenak bersama para Domba
Tentang bagaimana Ismail
Tentang bagaimana Ibrahim
Dan tentunya tentang bagaimana dia
Sebelum terlanjur setan
Aku ingin memeluknya, lalu bertanya,
Mungkinkah ia [masih] ber-prikemanusiaan?
Andai ia aku pun mau ber-prikehewanan
_Sebelum Kepalang Brengsek, Muara Tebo /01 September 2016
Aku ingin berbicang sejenak bersama para Domba
Tentang bagaimana Ismail
Tentang bagaimana Ibrahim
Dan tentunya tentang bagaimana dia
Sebelum terlanjur setan
Aku ingin memeluknya, lalu bertanya,
Mungkinkah ia [masih] ber-prikemanusiaan?
Andai ia aku pun mau ber-prikehewanan
_Sebelum Kepalang Brengsek, Muara Tebo /01 September 2016
Selasa, 30 Agustus 2016
Gubuk Teduh di Semenanjung Selaksa
selagi kaki ini masih berkalung relung
sebetulnya ada ruang yang terlelang; dan terkungkung
biar mata hanyut dan tersulut
Dan sepanjang derap langkah ini melahlang
aku akan tetap berkirim rindu dan doa
di gubuk teduh dalam semenanjung selaksa ni ....
_Gubuk Teduh di Semenajung Selaksa, 29/08/16
Rabu, 16 September 2015
-Aku bersujud dalam istiharohmu, 03 Sept 2015
Ketika tahajjud melingkupi tubuhku dalam hening
sunyi
Aku khusyuk dalam pelukan istiharohmu hingga kudapati tahrim bermukenahkan senyumsimpul, azan bersorban dawai asmara dan subuh bersejadahkan tawamanja
Aku masih dalam dekapan istiharohmu
Aku khusyuk dalam pelukan istiharohmu hingga kudapati tahrim bermukenahkan senyumsimpul, azan bersorban dawai asmara dan subuh bersejadahkan tawamanja
Aku masih dalam dekapan istiharohmu
Begitu dhuha menghampiriku
dengan sejuta rayusayang
Aku di sini masih dalam istiharohmu
dengan sejuta rayusayang
Aku di sini masih dalam istiharohmu
Lalu zuhur membawakan pelukciumnya untukku
dan asar membentangkan sayap cintanya bagiku
Aku tak akan bergeming dalam istiharohmu
dan asar membentangkan sayap cintanya bagiku
Aku tak akan bergeming dalam istiharohmu
Magrib pun menampakkan wujudnya dengan safak merah
jingga
di langit penuhrindu
kau tetap tenang, aku masih istiqomah dalam istiharohmu
di langit penuhrindu
kau tetap tenang, aku masih istiqomah dalam istiharohmu
sebelum muazin memanggil isya
aku sudah menulis amanat buatnya; simpan saja kasih sayangmu
karena aku sudah khotam dalam istiharohmu
aku sudah menulis amanat buatnya; simpan saja kasih sayangmu
karena aku sudah khotam dalam istiharohmu
Aku bersujud dalam istiharohmu
-Aku
bersujud dalam istiharohmu, 03 Sept 2015
Sabtu, 29 Agustus 2015
Aku inginkan budakku
Ada yang terngiang hilang
Saat aku menusuk masuk di dasar budakku...
Sebentuk benda bulat padat berukuran 1,5 inci tiba-tiba
saja menggulingkan tubuhnya ke sampingku. Seolah ada harap pecah agar aku
beradu rindu dengannya.
Ada kenang sayang yang menyeruak jinak Di benak j
emari ini... Kata tagan, pitik, les, pot, sukat, kilan,
dor, sampai let itu seolah menantiku untuk berucap manis
Ada yang terngiang lelang Saat aku menusuk rasuk Dan
menjumpai jemari berseragam segi Yang ada raut datar tanpa kelakar
Ada yang tersimpan dalam Saat aku mengenang sayang Sungguh
aku inginkan budakku...
-Yogyakarta, Aku inginkan budakku/21 Agustus 2015
Rabu, 26 Juni 2013
BERDIRI DI TITIK FOKUS
TAK
TAHU sudah sampai di mana aku berpetualang dengan pikiranku, berbaur dalam
beragam imajinasi. Tak tahu ntah berapa lama aku harus wara-wiri dengan ambisiku ini. Aku digambleng oleh
perasaan keraguan menuju ketidakmungkinan. Lahirlah aku sebagai manusia yang
dikungkung oleh sederetan permintaan. Aku ingin harus ada yang mengalah.
Aku
ingin keluar dari semua ini. Biar aku tahu kalau aku sebenarnya bisa. Biar aku
yakin kalau aku sepenuhnya tidak salah memilih. Biar aku legowo dengan aku saat
ini. Aku tak ingin jenuh, ragu, takut, cemas, sedih, hanya karena terjebak
dalam percekcokan bathin yang tak kunjung usai. Aku ingin semuanya menjadi satu
kesatuan yang saling memahami. Ya! Tanpa saling menghasut.
Aku
ingin menggapai mimpi melalui sebuah prosesi alami. Hingga mampu berdiri tegap
dan gagah di titik fokus. Aku sadari sangat tak mudah untuk mengelak dari
bisikan murai, tapi setidaknya aku sudah bisa mengenal suaranya. Mungkin ya aku
tak semestinya menyalahin koma, karena memang aku belum sampai pada titik.
Oh
Tuhan! Tolong beri pembenaran pada perasaanku kalau aku punya pilihan. Pilihan
itu adalah konsisten. Aaamiin Ya Allah…
Yogyakarta,
26 Juni 2013
Langganan:
Postingan (Atom)